Pekan ini menandai Natal terburuk bagi Manchester City selama era manajer Pep Guardiola, dengan tim terjebak di posisi ketujuh klasemen sementara Premier League.
Setelah serangkaian hasil buruk, termasuk dua kekalahan berturut-turut dari Aston Villa dan Manchester United, performa City menimbulkan kekhawatiran di kalangan penggemar dan pengamat sepak bola. Statistika menunjukkan bahwa tidak pernah ada tim yang berhasil meraih gelar juara Premier League setelah berada di peringkat tujuh saat Natal. Ini membuat situasi ini semakin menekan bagi Guardiola dan skuadnya. Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi mengenai sepak bola menarik lainnya hanya klik FOOTBALL REVIEW.
Posisi Terburuk di Klasemen Liga Inggris
Musim 2024/2025 telah menjadi salah satu musim yang penuh tantangan bagi Manchester City di Liga Inggris. Hingga akhir Desember 2024, Manchester City berada di posisi ke-7 klasemen sementara dengan 27 poin dari 17 pertandingan. Meskipun ini bukan posisi yang buruk secara keseluruhan, bagi klub sebesar Manchester City yang terbiasa berada di puncak klasemen, posisi ini tentu mengecewakan.
Mereka telah memenangkan 8 pertandingan, seri 3 kali, dan kalah 6 kali, dengan selisih gol yang cukup tipis, yaitu +4 (29 gol memasukkan dan 25 gol kebobolan). Performa yang tidak konsisten ini membuat mereka tertinggal dari rival-rival utama seperti Liverpool, Chelsea, dan Arsenal yang berada di posisi teratas.
Salah satu faktor yang mempengaruhi performa Manchester City musim ini adalah cedera pemain kunci. Beberapa pemain inti mengalami cedera yang cukup serius, sehingga mempengaruhi stabilitas tim. Selain itu, jadwal pertandingan yang padat juga menjadi tantangan tersendiri.
Manchester City harus bermain di berbagai kompetisi, termasuk Liga Champions dan Piala FA, yang membuat para pemain kelelahan dan sulit untuk mempertahankan performa terbaik di setiap pertandingan. Manajer Pep Guardiola harus melakukan rotasi pemain secara cermat untuk menjaga kebugaran tim, namun hal ini kadang-kadang mengorbankan hasil pertandingan di Liga Inggris.
Rentetan Kekalahan yang Mengkhawatirkan
Selain kekalahan dari Tottenham, Manchester City juga mengalami kekalahan dari tim-tim yang secara tradisional dianggap lebih lemah. Kekalahan 1-2 dari Bournemouth pada 2 November 2024 dan kekalahan 1-2 dari Brighton pada 9 November 2024 menunjukkan bahwa tim ini sedang berada dalam krisis.
Dalam pertandingan melawan Bournemouth, Manchester City kebobolan dua gol cepat dan hanya mampu membalas satu gol di akhir pertandingan. Sementara itu, dalam pertandingan melawan Brighton, meskipun Erling Haaland berhasil mencetak gol pembuka. Lalu tim ini tidak mampu mempertahankan keunggulan dan akhirnya kalah setelah kebobolan dua gol di babak kedua.
Rentetan kekalahan ini tidak hanya mempengaruhi posisi Manchester City di klasemen, tetapi juga moral dan kepercayaan diri para pemain. Kekalahan 0-2 dari Liverpool pada 1 Desember 2024 dan kekalahan 1-2 dari Manchester United pada 15 Desember 2024 semakin memperburuk situasi.
Dalam pertandingan melawan Manchester United, Manchester City sebenarnya sempat unggul melalui gol Josko Gvardiol. Dan mereka kebobolan dua gol di menit-menit akhir pertandingan, yang membuat mereka kehilangan tiga poin penting. Kekalahan ini menunjukkan bahwa tim ini memiliki masalah dalam mempertahankan konsentrasi dan performa hingga akhir pertandingan.
Bacca Juga: Tijjani Reijnders Akui Darah Indonesia Sangat Melekat di Dirinya!
Hukuman Natal di Markas Latihan
Salah satu langkah yang paling kontroversial adalah keputusan untuk membuat para pemain tidur di markas latihan mereka, Etihad Campus, pada malam Natal. Keputusan ini diambil setelah Manchester City hanya memenangkan satu dari dua belas pertandingan terakhir mereka di semua kompetisi. Guardiola berharap bahwa dengan menjaga rutinitas pra-pertandingan yang ketat, termasuk tidur di markas latihan, timnya dapat kembali ke jalur kemenangan.
Para pemain Manchester City biasanya menghabiskan malam sebelum pertandingan di markas latihan untuk memastikan mereka siap secara fisik dan mental. Namun, keputusan untuk melakukannya pada malam Natal menimbulkan berbagai reaksi. Beberapa pemain mungkin merasa kecewa karena harus mengorbankan waktu bersama keluarga mereka,
Dan lalu Guardiola menegaskan bahwa ini adalah bagian dari komitmen profesional mereka.
“Kami berlatih hari Selasa, kami berlatih besok Rabu malam, kami akan tinggal di sini dan kami akan bermain pada Boxing Day,” kata Guardiola. Dia berharap bahwa langkah ini akan membantu timnya fokus dan siap menghadapi pertandingan penting melawan Everton pada Boxing Day.
Tekanan di Periode Boxing Day
Periode Boxing Day selalu menjadi waktu yang penuh tekanan bagi klub-klub Liga Inggris, termasuk Manchester City. Musim 2024/2025 ini, tekanan tersebut terasa lebih berat bagi tim asuhan Pep Guardiola. Setelah mengalami rentetan hasil buruk, termasuk hanya satu kemenangan dalam dua belas pertandingan terakhir di semua kompetisi. Guardiola memutuskan untuk mengambil langkah drastis dengan membuat para pemain tidur di markas latihan mereka, Etihad Campus, pada malam Natal.
Keputusan ini diambil untuk memastikan bahwa para pemain tetap fokus dan siap menghadapi pertandingan penting melawan Everton pada Boxing Day. Guardiola berharap bahwa dengan menjaga rutinitas pra-pertandingan yang ketat, timnya dapat kembali ke jalur kemenangan.
Tekanan untuk meraih hasil positif pada periode Boxing Day ini sangat besar, terutama karena Manchester City saat ini berada di posisi ketujuh klasemen sementara, tertinggal jauh dari pemimpin klasemen, Liverpool. Kekalahan terakhir dari Aston Villa dengan skor 1-2 semakin memperburuk situasi. Guardiola menyadari bahwa timnya harus segera bangkit dan meraih kemenangan untuk memperbaiki posisi mereka di klasemen.
Pertandingan melawan Everton dianggap sebagai kesempatan emas untuk memulai kebangkitan, mengingat Everton juga sedang berjuang di papan bawah klasemen. Namun, dengan moral tim yang sedang rendah, tantangan ini tidak akan mudah diatasi.
Kesimpulan
Pekan ini menjadi salah satu momen terburuk bagi Manchester City di bawah kepemimpinan Pep Guardiola. Lalu dalam konteks perayaan Natal yang biasanya diisi dengan harapan dan keceriaan. Hasil-hasil buruk yang didapat oleh tim, termasuk kekalahan dari lawan-lawan yang seharusnya bisa diatasi. Ini menciptakan ketegangan di dalam skuad dan mengganggu ritme permainan yang telah terbangun selama ini.
Peluang untuk mempertahankan gelar juara Premier League semakin menipis, dan tekanan dari para penggemar serta media semakin meningkat. Guardiola, yang dikenal dengan filosofi permainan menyerangnya, terlihat frustasi dalam upaya mencari solusi untuk mengembalikan performa tim ke jalur kemenangan. Dan ini menjadi tantangan tersendiri di tengah kesibukan jadwal kompetisi yang padat.
Situasi ini juga memunculkan pertanyaan mengenai strategi dan kebijakan transfer Manchester City yang selama ini diandalkan untuk menjaga kedalaman skuad. Cedera pemain kunci dan inkonsistensi performa menunjukkan bahwa meskipun Guardiola telah berhasil membangun tim yang solid, ada batasan yang harus dihadapi. Natal yang seharusnya menjadi waktu refleksi dan optimisme kini berubah menjadi ajang evaluasi mendalam atas kesiapan tim dalam menghadapi tantangan di sisa musim ini.
Dengan perjalanan yang masih panjang di kompetisi domestik dan Eropa, Manchester City harus segera bangkit dari keterpurukan ini. Lalu serta menunjukkan karakter dan determinasi yang dibutuhkan untuk mengubah nasib mereka dalam kompetisi yang semakin ketat. Manfaatkan juga waktu luang anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi tentang berita sepak bola terupdate lainnya.